“oke
anak-anak, sekarang waktunya kalian mengekspresikan diri kalian lewat puisi.
Liarkan pikiran kalian, ikuti hati kalian saat menulisnya, siap?” Tanya dosen
kesusastraan siang itu
“Pak,
dikumpulkan enggak puisinya?”, tanya Citra yang merupakan teman sekelas Sierra
“oh ya,
terima kasih mbak Citra sudah mengingatkan saya. Jadi, puisinya dikumpulkan
paling lambat besok pagi jam 07.00 WIB di meja saya, paham?”
“iya pak”
jawab seluruh mahasiswa secara serentak, walaupun masih ada saja yang
ngomel-ngomel (hehe)
10 menit
berlalu, tapi belum ada goresan tinta dari Sierra
“hei Ra,
kok kamu belum nulis?”, Tanya Ina yang sedari tadi memperhatikan Sierra
“Aku
masih ngambang nih Na, belum dapet inspirasi” jawab Ina
“kamu
masih kebayang mas Amir ya? Cie cie…”
“Ah, Ina
apaan sih..enggak lah bebeb” sambil menggelitik perutnya Ina
Kontan
kelas menjadi rame karena Ina memang suka berteriak apabila digelitik perutnya.
Kala itu, semua mata pun tertuju pada mereka berdua. Wah, mati kutu tuh
Mata
Sierra terus melihat-lihat di balik jendela kelas, ya saat itu pula ia
mendapatkan inspirasi
Cinta Teragung
Saat ku titipkan
bisikan syahdu
Ku kenang semua
asa ku dulu
Ingin selalu
berdua denganMu
Bermesra
denganMu selalu
Bukan menunggu
hingga tua usiaku
Duhai Sang Maha
Esa
Aku kembali
menyentuh rasa
Pada setiap
hari-hari pemberianMu
Bintang dan
rembulan serasa berkasih mesra
Dalam suasana
hikmah
Dalam sujud dan
berzikir padaMu
Untuk hambaMu
yang penuh luka ini
Aku pasrah
Dalam malamku,
hingga sujudku reda
Kutadah cahya
bulanMu dalam buaian tangan ini
Menggenggam asa
yang berkepanjangan
RahmatMu begitu
luas
Menggunung bak
waktu
Terima kasih Duhai Ilahi Robbi
Terlalu banyak
nikmat yang kau curahkan pada hamba
Bangunkan aku Robb
Sadarkan aku Robb
Bersihi noda yang tak terpancar
Aku ingin mati dalam buaianMu
Bertemu cintaku
*** bersambung
Posting Komentar