makalah hereditas dan hukum mendel

BAB I
PENDAHULUAN

Dulu orang menduga, sifat seseorang ditentukan oleh sperma pria. Pendapat tersebut gugur setelah diketahui bahwa baik sperma maupun ovum mempunyai andil yang sama dalam menentukan sifat seseorang. Ada lagi pendapat yang menyatakan bahwa sifat-sifat itu diwariskan melalui darah. Karena itu muncul istilah “darah biru” untuk keturunan raja dan “darah seni” untuk keturunan seniman. Pendapat itu juga gugur setelah ditemukan tranfusi darah. Orang yang mengadakan tranfusi darah dari orang lain tidak pernah mengalami perubahan  sifat menjadi seperti pemberi (donor) darah. Orang yang mendapatkan tranfusi darah dari orang lain, tidak pernah mengalami perubahan sifat menjadi seperti pemberi (donor) darah.
Sifat-sifat organisme diwariskan dari induk kepada keturunannya melalui gen. Baik induk jantan maupun betina mempunyai kemungkinan yang sama dalam mewariskan sifat-sifatnya. Induk jantan mewariskan separuh sifatnya melalui sperma dan induk betina mewariskan separuh sifatnya  elalui ovum. Keturunannya mewarisi separuh sifat dari induk jantan dan separuh dari induk betina. Sifat tersebut dibawa oleh gen.










BAB II
PEMBAHASAN
A.     Sejarah hereditas
Tokoh penemu hereditas adalah G. Mendel Pewarisan sifat atau yang lebih dikenal dengan hereditas merupakan suatu pewarisan sifat dari induk kepada keturunannya. Ilmu yang mempelajari tentang pewarisan sifat disebut dengan genetika. Pewarisan sifat itu dapat ditentukan oleh kromosom dan gen.
Untuk membuktikan kebenaran teorinya, G. Mendel melakukan eksperimen dengan membastarkan tanaman-tanaman yang memiliki sifat beda. Tanaman yang dipilih adalah tanaman kacang ercis (Pisum sativum) karena memiliki kelebihan-kelebihan berikut:
1.       mudah melakukan penyerbukan silang
2.      Mudah di dapat
3.      Mudah dipelihara
4.      Cepat berbuah
5.      Dapat terjadi penyerbukan sendiri
6.      Banyak variasi
Pada salah satu percobaannya Mendel menyilangkan tanaman kacang ercis yang tinggi dengan yang pendek. Tanaman yang dipilih adalah tanaman galur murni, yaitu tanaman yang kalau menyerbuk sendiri tidak akan menghasilkan tanaman yang berbeda dengannya. Dalam hal ini tanaman tinggi akan tetap menghasilkan tanaman tinggi. Begitu juga tanaman pendek akan selalu menghasilkan tanaman pendek. 
 Dengan menyilangkan galur murni tinggi dengan galur murni pendek, Mendel mendapatkan tanaman yang semuanya tinggi. Selanjutnya, tanaman tinggi hasil persilangan ini dibiarkan menyerbuk sendiri. Ternyata keturunannya memperlihatkan nisbah (perbandingan) tanaman tinggi terhadap tanaman pendek sebesar 3 : 1.  Secara skema, percobaan Mendel dapat dilihat pada Gambar 2.1 sebagai berikut


              
                                 P :       ♀ Tinggi      x        Pendek ♂
                                                   DD                       dd
                                 Gamet         D                          d
                                                                 ê
                                  F1 :                      Tinggi
                                                                 Dd

                                  Menyerbuk sendiri  (Dd   x   Dd)
                                                                          ê       
                                   F2 :
        GametG
Gamet E
D
d
        D
DD
      (tinggi)
Dd
      (tinggi)
        D
Dd
      (tinggi)
 dd
      (pendek)

                Tinggi (D-) : pendek (dd) = 3 : 1
                   DD : Dd : dd  = 1 : 2 : 1
Gambar 2.1. Diagram persilangan monohibrid untuk sifat tinggi tanaman

  Individu tinggi dan pendek yang digunakan pada awal persilangan dikatakan sebagai tetua (parental), disingkat P.  Hasil persilangannya merupakan keturunan (filial) generasi pertama, disingkat F1.  Persilangan sesama individu F1 menghasilkan keturunan generasi ke dua, disingkat F2.  Tanaman tinggi pada generasi P dilambangkan dengan DD, sedang tanaman pendek dd.  Sementara itu, tanaman tinggi yang diperoleh pada generasi F1 dilambangkan dengan Dd. 
   Pada diagram persilangan monohibrid tersebut di atas, nampak bahwa untuk menghasilkan individu Dd pada F1, maka baik DD maupun dd pada generasi P membentuk gamet (sel kelamin). Individu DD membentuk gamet D, sedang individu dd membentuk gamet d. Dengan demikian, individu Dd pada F1 merupakan hasil penggabungan kedua gamet tersebut. Begitu pula halnya, ketika sesama individu Dd ini melakukan penyerbukan sendiri untuk menghasilkan F2, maka masing-masing akan membentuk gamet terlebih dahulu. Gamet yang dihasilkan oleh individu Dd ada dua macam, yaitu D dan d.  Selanjutnya, dari kombinasi gamet-gamet tersebut diperoleh individu-individu generasi F2 dengan nisbah DD : Dd : dd = 1 : 2 : 1.  Jika DD dan dd dikelompokkan menjadi satu (karena sama-sama melambangkan individu tinggi), maka nisbah tersebut menjadi D- : dd = 3 : 1.
Dari diagram itu pula dapat dilihat bahwa pewarisan suatu sifat ditentukan oleh pewarisan materi tertentu, yang dalam contoh tersebut dilambangkan dengan D atau d.  Mendel menyebut materi yang diwariskan ini sebagai faktor keturunan (herediter), yang pada perkembangan berikutnya hingga sekarang dinamakan gen.

B.     Hereditas pada Manusia
Hereditas pada manusia mempelajari mengenai macam penurunan sifat/kelainan pada manusia. Penurunan sifat pada manusia dibedakan menjadi dua, yaitu sifat yang terpaut koromosom tubuh (autosomal), dan sifat yang terpaut kromosom sex (gonosomal). Sifat yang autosomal manifestasinya dapat muncul baik pada anak laki-laki maupun perempuan. Sedangkan sifat yang gonosomal manifestasinya dipengaruhi oleh jenis kelamin, bisa hanya muncul pada anak laki-laki saja atau perempuan saja.
1.      Sifat/Cacat Menurun Autosomal
Beberapa sifat/cacat menurun yang terpaut pada kromosom tubuh (autosom) antara lain sebagai berikut:
a.       Albinisme
Albinisme merupakan cacat menurun dimana seseorang tidak mempunyai tirosin yang akan diubah menjadi pigmen melanin. Akibatnya alis, rambut, dan kulit tampak putih (albino), dan matanya peka terhadap cahaya. Gen penyebab albino bersifat resesif, sedangkan alel dominannya mengendalikan sifat normal. Seorang anak albino lahir dari pasangan suami isteri yang masing-masing membawa gen albino (carrier)
P    :    Aa        x      Aa
F    :    AA        : normal
          2Aa       : normal (carrier)
          aa         : albino

b.      Thalasemia
Thallasemia merupakan kelainan dimana sel darah merah seseorang berbentuk tidak beraturan, kadar Hb sedikit sehingga penderita sering kekurangan oksigen (hipoksemia). Cacat ini disebabkan oleh gen dominan.
Ada dua jenis thallasemia, yaitu thallasemia mayor (ThTh) dan thallasemia minor (Thth). Sel darah merah penderita thallasemia mayor semua berbentuk tidak beraturan dan umumnya lethal. Sedangkan pada penderita thallasemia minor sebagian sel darah merahnya berbentuk tak beraturan. Penderita bisa bertahan hidup dengan melakukan transfusi reguler.
Penderita thallasemia mayor lahir  dari perkawinan antar penderita thallasemia minor.
       P    :     Thth    x    Thth
F    :    ThTh        : thallasemia mayor
                  2Thth        : thallasemia minor
                 thth        : normal

c.       Golongan Darah
Ada banyak klasifikasi golongan darah, diantaranya adalah golongan ABO, Rhesus, dan MN. Dua yang pertama memiliki nilai medis, sedang yang terakhir tidak. Ketiga golongan tersebut ditemukan oleh K. Landsteiner.
Ø  Golongan ABO
Golongan ini membagi golongan darah menjadi empat, yaitu A, B, AB, dan O, didasarkan pada adanya jenis antigen tertentu pada sel darah yang disebut isoaglutinogen. Susunan genotif dan kemungkinan gamet yang dibentuk dapat dilihat pada tabel berikut.
Description:  Hereditas pada manusia
Golongan darah ABO dikendalikan oleh alela ganda IA, IB, dan IO. IA dan IB kodominan, dan keduanya dominan terhadap IO.
Contoh: perkawinan antara pria golongan A heterozigot dengan wanita B heterozigot.
P    :    IAIO        x        IBIO
G    :    IA , IO                 IB , IO
F    :    IAIB    : golongan AB
        IAIO    : golongan A
        IBIO    : golongan B
        IOIO    : golongan O

Ø  Golongan Rhesus
Golongan ini dinamakan berdasar nama kera dari India, Macacus rhesus, yang dulu sering digunakan untuk mengetes darah orang.
Golongan darah ini ada dua yaitu Rhesus + dan Rhesus -. Susunan genotif dan kemungkinan gamet dapat dilihat pada tabel berikut.
Description:  Hereditas pada manusia
Golongan Rhesus ini memiliki arti penting pada perkawinan. Bila seorang pria Rhesus + menikah dengan wanita Rhesus -, kemungkinan anaknya menderita eritroblastosis fetalis (penyakit kuning bayi).
Contoh: perkawinan antara pria Rh + dengan wanita Rh -
P    :    pria Rhesus +        x         wanita Rhesus –
                        RhRh                    rhrh
G    :                     Rh                        rh
F    :    Rhrh  Rhesus +    (eritroblastosis fetalis)

Ø  Golongan MN
Golongan ini tidak memiliki nilai medis karena hanya dijumpai antigen penentu golongan dalam eritrosit dan tidak dijumpai antibodi dalam plasma.
Golongan ini dikendalikan oleh gen IM dan IN kodominan satu sama lain. Susunan genotif dan kemungkinan gamet dapat dilihat pada tabel berikut.
Description:  Hereditas pada manusia
Contoh: perkawinan antara pria golongan M (homozigot) dengan wanita golongan N (homozigot)
P    :    pria golongan M        x    wanita golongan N
            IMIM                    ININ
G    :        IM                    IN
F    :        IMIN    : golongan MN

2.      Sifat/Cacat Menurun Gonosomal
Sifat yang diturunkan terpaut kromosom sex (gonosom) dibedakan menjadi dua, yaitu terpaut kromosom X dan terpaut kromosom Y. Gen yang terpaut kromosom X dapat diturunkan pada anak perempuan dan anak laki-laki, tetapi fenotif yang muncul bergantung pada susunan genotifnya. Sedangkan gen yang terpaut kromosom Y hanya diturunkan pada anak laki-laki.

A.         Cacat menurun yang terpaut kromosom X

Dua contoh cacat menurun yang terpaut kromosom X adalah hemofili dan butawarna.
a.    Hemofili
Hemofili merupakan suatu kelainan dimana darah seseorang sulit untuk membeku. Penyakit ini disebabkan gen resesif h, sedangkan sifat normal dikendalikan oleh gen H. Seorang wanita normal memiliki dua gen H pada masing-masing kromosom X. Bila salah satu kromosom X terdapat gen h, wanita ini termasuk wanita normal tetapi membawa sifat hemofili (carrier). Bila pada kedua kromosom X terdapat gen h wanita tersebut menderita hemofili dan umumnya lethal. Pria menderita hemofili bila pada kromosom X-nya terdapat gen h, dan normal bila terdapat gen H. Seorang anak laki-laki hemofili dapat lahir dari ibu carrier.
Menurut sejarah, wanita pertama carrier hemofili adalah Ratu Victoria. Disebut pertama karena silsilah di atas Ratu Vicotria tidak diketahui. Pangeran Andrew mewarisi gen ini dari ibunya dan meninggal saat kecelakaan dengan luka yang tidak seberapa parah.

P    :    pria normal    x     wanita carrier
 XHY                   XHXh
G    :            XH, Y               XH, Xh
F    :    XHXH    : wanita normal                 XHY    : pria normal
          XHXh     : wanita normal carrier       Xhy   : pria hemofili
b.    Butawarna (colorblind)
Butawarna merupakan cacat menurun dimana seseorang tidak bisa membedakan warna. Umumnya tidak bisa membedakan warna merah dan hijau (dikromatis). Sedangkan pada butawarna total orang tidak bisa melihat warna. Kelainan ini juga disebabkan gen resesif c, sedangkan sifat normal dikendalikan gen dominan C.
Anak perempuan buta warna dapat dilahirkan dari pria butawarna yang menikah dengan wanita carrier.
P    :    pria butawarna        x        wanita carrier
                        XcY                                 XCXc
G    :     Xc, Y                            XC, Xc
F    :   XCXc    : wanita normal carrier
          XcXc     : wanita butawarna
          XCY      : pria normal
          XcY      : pria butawarna

B.    Cacat menurun yang terpaut kromosom Y

Gen-gen yang terpaut pada kromosom Y hanya diwariskan pada anak laki-laki, oleh karena itu sering disebut sebagai gen holandrik.
Contoh dari cacat yang terpaut kromosom Y adalah: hypertrichosis, hystrixgraviour, dan webbedtoes. Ketiganya disebabkan oleh gen resesif.

Ø  Hypertrichosis

               Gen ht yang terdapat pada kromosom Y menyebabkan tumbuhnya rambut di tepi daun  telinga. Kelainan seperti ini banyak dijumpai pada para pria Pakistan.
P    :    XYht    x     XX
F    :    XYht    : laki-laki hypertrichosis
           XYht    : laki-laki hypertrichosis
Ø  Hystrixgraviour
               Kelainan ini disebabkan oleh gen hg yang menyebabkan tumbuhnya rambut panjang dan kaku di seluruh tubuh (penyakit bulu landak). Sifat normal dikendalikan gen Hg.
Ø  Webbedtoes
             Merupakan kelainan dimana pada jari terutama kaki tumbuh selaput seperti kaki katak. Penyebabnya adalah gen wt, sedangkan sifat normal dikendalikan gen Wt.

C.     Hukum Mendel I (Hukum Segregasi)
Sebelum melakukan suatu persilangan, setiap individu menghasilkan gamet-gamet yang kandungan gennya separuh dari kandungan gen pada individu. Sebagai contoh, individu DD akan membentuk gamet D, dan individu dd akan membentuk gamet d.  Pada individu Dd, yang menghasilkan gamet D dan gamet d, akan terlihat bahwa gen D dan gen d akan dipisahkan (disegregasi) ke dalam gamet-gamet yang terbentuk tersebut.  Prinsip inilah yang kemudian dikenal sebagai hukum segregasi atau hukum Mendel I. 
Hukum Segregasi :
Pada waktu berlangsung pembentukan gamet, tiap pasang gen akan disegregasi ke dalam masing-masing gamet yang terbentuk.

D.    Hukum Mendel II (Hukum Pemilihan Bebas)
Persilangan yang hanya menyangkut pola pewarisan satu macam sifat seperti yang dilakukan oleh Mendel tersebut di atas dinamakan persilangan monohibrid.  Mendel melakukan persilangan monohibrid  untuk enam macam sifat lainnya, yaitu warna bunga (ungu-putih), warna kotiledon (hijau-kuning), warna biji (hijau-kuning), bentuk polong (rata-berlekuk), permukaan biji (halus-keriput), dan letak bunga (aksial-terminal).
 Selain persilangan monohibrid, Mendel juga melakukan persilangan dihibrid, yaitu persilangan yang melibatkan pola perwarisan dua macam sifat seketika. Salah satu di antaranya adalah persilangan galur murni kedelai berbiji kuning-halus dengan galur murni berbiji hijau-keriput. Hasilnya berupa tanaman kedelai generasi F1 yang semuanya berbiji kuning-halus. Ketika tanaman F1 ini dibiarkan menyerbuk sendiri, maka diperoleh empat macam individu generasi F2, masing-masing berbiji kuning-halus, kuning-keriput, hijau-halus, dan hijau-keriput dengan nisbah 9 : 3 : 3 : 1.
Jika gen yang menyebabkan biji berwarna kuning dan hijau masing-masing adalah gen G dan g, sedang gen yang menyebabkan biji halus dan keriput masing-masing adalah gen W dan gen w, maka persilangan dihibrid terdsebut dapat digambarkan secara skema seperti pada diagram berikut ini.
P :         ♀  Kuning, halus            x           Hijau, keriput ♂
                       GGWW                                  ggww  
Gamet                 GW                                       gw 
                                                   ê
 F1 :                                  Kuning, halus     
                                                GgWw


                                  Menyerbuk sendiri  (GgWw  x   GgWw )
                                                                                ê       
                 
F2 :
Gamet ♂
Gamet ♀
GW

Gw
gW
gw
GW
GGWW
(kuning,halus)
GGWw
(kuning,halus)
GgWW
(kuning,halus)
GgWw
(kuning,halus)
Gw
GGWw
(kuning,halus)
GGww
(kuning,keriput)
GgWw
(kuning,halus)
Ggww
(kuning,keriput)
Gw
GgWW
(kuning,halus)
GgWw
(kuning,halus)
ggWW
(hijau,halus)
ggWw
(hijau,halus)
Gw
GgWw
(kuning,halus)
Ggww
(kuning,keriput)
ggWw
(hijau,halus)
ggww
(hijau,keriput)

Dari diagram persilangan dihibrid tersebut di atas dapat dilihat bahwa fenotipe F2 memiliki nisbah 9 : 3 : 3 : 1 sebagai akibat terjadinya segregasi gen G dan W secara independen. Dengan demikian, gamet-gamet yang terbentuk dapat mengandung kombinasi gen dominan dengan gen dominan (GW), gen dominan dengan gen resesif (Gw dan gW), serta gen resesif dengan gen resesif (gw). Hal inilah yang kemudian dikenal sebagai hukum pemilihan bebas (the law of independent assortment) atau hukum Mendel II.


E.     Penyimpangan Semu Hukum Mendel 
Interaksi genetik menyebab terjadinya atavisme, polimeri, kriptomeri, epistatis dan hipostatis, serta komplementer. Interaksi ini menyebabkan rasio tidak sesuai dengan Hukum Mendel, tetapi menunjukkan adanya variasi.
1.      Atavisme --> munculnya suatu sifat sebagai akibat interaksi dari beberapa gen. Contoh atavisme adalah sifat genetis pada jengger ayam. Ada empat bentuk jengger ayam, yaitu walnut (R_P_), rose (RRP_), pea (rrP_), dan single (rrpp). Perbandingan fenotipenya adalah walnut : rose : pea : single = 9 : 3 : 3 : 1.

2.      Polimeri --> bentuk interaksi gen yang bersifat kumulatif atau saling menambah. Polimeri terjadi akibat interaksi atara dua gen atau lebih sehingga disebut juga sifat gen ganda. Contoh polimeri terdapat pada percobaan persilangan gandum, dilakukan H. Nilsson-Ehle yang menghasilkan perbandingan fenotipe 15 : 1.


3.      Kriptomeri --> sifat gen dominan yang tersembunyi, jika gen tersebut berdiri sendiri, namun gen dominan tersebut berinteraksi dengan gen dominan lainnya, maka sifat gen dominan yang tersembunyi sebelumnya akan muncul.Contoh kriptomeri adalah persilangan pada bunga Linaria maroccana yang menghasilkan perbandingan fenotipe bunga ungu : merah : putih = 9 : 3 : 4.

4.      Epistatis dan Hipostatis --> persilangan dimana gen epistatis memiliki sifat mempengaruhi gen hipostatis. Epistatis dibedakan menjadi epistatis dominan dimana gen dengan alel dominan menutupi kerja gen lain, epistatis resesif yaitu gen dengan alel homozigot resesif mempengaruhi gen lain, epistatis gen dominan rangkap adalah peristiwa dua gen dominan atau lebih yang bekerja untuk munculnya satu fenotipe tunggal, dan komplementer adalah interaksi beberapa gen yang saling melengkapi. Interaksi gen tersebut disebut juga epistatis gen resesif rangkap.


F.     Tautan dan Pindah Silang
Selain disebabkan oleh interaksi alel dan gen, penyimpangan hukum Mendel juga dapat disebabkan oleh tautan dan pindah silang. Hal ini disebabkan organisme memiliki jumlah gen lebih banyak daripada jumlah kromosom.
1.      . Tautan
                  Tautan dapat terjadi pada kromosom tubuh maupun kromosom kelamin. Tautan pada kromosom tubuh disebut juga tautan non-kelamin atau tautan kromosomal dan tautan kelamin disebut juga tautan seks.
a. Tautan Autosomal --> gen-gen yang terletak pada kromosom yang sama tidak dapat bersegregasi secara bebas dan cenderung dapat diturunkan bersama. Seorang ilmuwan Thomas Hunt Morgan menggunakan lalat buah (Drosophilla) sebagai hewan percobaan. Dalam percobaannya didapati ada fenotipe tipe tidak normal pada lalat buah, dan fenotipe tersebut disebut fenotipe mutan, karena karakter-karakter tersebut berasal dari fenotipe normal yang mengalami mutasi.
    b. Tautan Kelamin --> gen tertaut kelamin adalah gen yang terletak pada kromosom kelamin dan sifat yang ditimbulkan gen pada kromosom ini diturunkan bersama dengan jenis kelamin. Ada dua jenis gen tertaut kelamin, yaitu gen tertaut kelamin tidak sempurna adalah gen-gen yang terletak pada bagian yang homolog, dan gen tertaut kelamin sempurna adalah gen-gen yang terletak pada bagian yang tidak homolog. Contoh gen tertaut kromosom X adalah buta warna dan hemofilia. Contoh gen tertaut kromosom Y adalah hypertrichosis dan keratoma dissipatum.





2.  Pindah Silang
Pindah silang (crossing over) adalah peristiwa pertukaran gen-gen suatu kromatid dengan gen-gen kromatid homolognya. Peristiwa pindah silang diikuti oleh patah dan melekatnya kromatid pada waktu profase dalam pembelahan meiosis. Pindah silang mengakibatkan rekombinasi sehingga dihasilkan kombinasi parental dan rekombinasi pada fenotipenya. Dalam menghitung presentase tipe rekombinan di antara keturunan dapat digunakan unit peta, yaitu jarak antara gen-gen untuk menyatakan posisi realtifnya pada suatu kromosom. Untuk menentukan unit peta antara gen-gen, terlebih dahulu dihitung nilai pindah silang (nps).
NPS =  (jumlah tipe rekombinan / jumlah individu seluruhnya) x 100%.















BAB III
PENUTUP

Hukum pewarisan Mendel adalah hukum mengenai pewarisan sifat pada organisme, yang kita kenal dengan hukum segregasi dan hukum asortasi bebas, yang telah di jabarkan oleh  Gregor Johann Mendel . Mendel mengatakan bahwa pada pembentukan gamet (sel kelamin), kedua gen induk (Parent) yang merupakan pasangan alel akan memisah sehingga tiap-tiap gamet menerima satu gen dari induknya sebagaimana bunyi hukum mendel I, dan bunyi hukum mendel II, menyatakan bahwa bila dua individu mempunyai dua pasang atau lebih sifat, maka diturunkannya sepasang sifat secara bebas, tidak bergantung pada pasangan sifat yang lain.
              Hukum keturunan merupakan penambah penting buat pengetahuan manusia, dan pengetahuan kita tentang genetika mungkin akan lebih dapat dipraktekkan di masa depan daripada sebelumnya. Ada pula faktor yang tak boleh diabaikan kalau kita memutuskan dimana Mendel mesti ditempatkan dalam urutan daftar buku ini.
  Gregor Johann Mendel, inilah tokoh yang lahir di Hyncice, Autria, yang berperan penting dalam ilmu Biologi, khususnya tentang hereditas dan telah dikenal diseluruh dunia dengan Hukum Mendel nya.
  Hukum Mendel merupakan hukum hereditas yang menjelaskan tentang prinsip-prinsip penurunan sifat pada organisme. Sebelum menjadi suatu hukum, banyak ahli biologi yang belum mengakui pendapat atau teori mendel tentang hereditas.







HEREDITAS DAN HUKUM MENDEL


Disusun guna memenuhi Tugas Mata Kuliah Biologi Umum
Dosen Pengampu : Dra. Maizer Said Nahdi, M.Sc

Description: I:\Received\44731_1410368659570_1243099803_31149760_2952107_t.jpg


Oleh:
1.      M. Fathur Rozi                        (06670026)
2.      Siti Muawanah                        (08670022)
3.      Agus Widodo                        (11670001)
4.      Awanda E                               (11670002)
5.      Arum Pangesti                                    (11670003)
6.      Dian Ayu P                             (11670004)
                       
PRODI PENDIDIKAN KIMIA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI YOGYAKARTA

2011/2012
Share this article :
 

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Seberkas Cahaya - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger